Oppenheimer: Dilema Moral Ilmuwan dalam Perkembangan Sains

Minute of Mind UPII UGM
6 min readDec 28, 2023

--

Author: Ilham Perdana Lazuardhi

“Now, I am become Death, the destroyer of worlds.” — J. Robert Oppenheimer

Film Oppenheimer (2023) karya Christopher Nolan menyuguhkan biografi Julius Robert Oppenheimer, seorang ilmuwan Amerika Serikat yang menjadi pemimpin Manhattan Project –sebuah proyek riset dan pengembangan senjata nuklir oleh Amerika Serikat- selama Perang Dunia II. Semasa hidupnya, Oppenheimer merupakan seorang fisikawan ambisius yang menyumbangkan kontribusi dalam fisika teoretis, terutama dalam pengembangan senjata nuklir. Film ini tidak hanya mengisahkan kisah hidup Oppenheimer sebagai seorang ilmuwan, tetapi juga kehidupan pribadinya, seperti hubungan asmara dan pergulatannya dalam dunia politik Amerika Serikat. Alur dalam film ini berjalan secara maju-mundur. Jalan cerita film ini cukup unik dengan menampilkan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Oppenheimer dan tampilan hitam putih yang menggambarkan sudut pandang Lewis Strauss –komisaris AEC (Atomic Energy Comission)- yang disebut menjebak Oppenheimer dalam pemeriksaan keamanan yang berimbas kepada karirnya. Lalu, bagaimanakah kehidupan Oppenheimer dalam film ini dan pengaruhnya bagi dunia?

Alur Film ‘Oppenheimer’

“Can you hear the music, Robert?”

Cerita dimulai ketika Oppenheimer menjalani pemeriksaan keamanan yang ditarik mundur ke masa dirinya menempuh pendidikan di Universitas Cambridge dengan jurusan fisika di bawah bimbingan Patrick Blackett. Selama berkuliah di Cambridge, Oppenheimer sempat mengalami tekanan mental dan kesulitan dalam fisika eksperimental di laboratorium. Diceritakan pula Oppenheimer sempat meracuni apel di meja mentornya. Oppenheimer kemudian meneruskan studinya di Universitas Göttingen yang berada di Jerman dan bertemu dengan Werner Heisenberg, seorang fisikawan ternama asal Jerman pada masa itu. Di Göttingen, Oppenheimer mendalami dan memberikan sumbangsih dalam bidang mekanika kuantum yang menjadi minat utamanya. Selanjutnya, Oppenheimer kembali ke Amerika Serikat dan mengajar di Caltech.

Kehidupan Oppenheimer sebagai seorang fisikawan sempat mengalami kedekatan dengan kelompok komunis Amerika Serikat dan seorang wanita bernama Jean Tatlock yang merupakan anggota partai komunis Amerika Serikat. Oppenheimer sendiri kemudian menikah dengan Katherine, seorang biolog dan mantan anggota partai komunis Amerika Serikat. Dalam hubungannya dengan Katherine, Oppenheimer disebut sempat mengalami perselingkuhan dengan Tatlock. Kedekatannya dengan orang-orang dan kelompok komunis seakan memperjelas pandangan politiknya yang kemudian dibantah oleh Oppenheimer yang menyatakan dirinya bukan anggota dari kelompok komunis Amerika.

“They won’t fear it until they understand it. And they won’t understand it until they’ve used it.”

Pada tahun 1939, meletus Perang Dunia II yang membuat keadaan dunia menjadi tegang. Leó Szilárd, Edward Teller, dan Eugene Wigner –ilmuwan fisika asal Hungaria- menduga bahwa Jerman sedang membuat bom nuklir. Dugaan tersebut membuat Szilard mendesak Albert Einstein untuk mengirim surat kepada Presiden Roosevelt -presiden Amerika Serikat pada masa itu- yang kemudian menyetujui perizinan pengembangan senjata nuklir. Atas persetujuan Roosevelt, dimulailah Manhattan Project. Leslie Groves, seorang perwira Angkatan Darat Amerika Serikat yang ditugaskan memimpin proyek tersebut, mengangkat Oppenheimer sebagai direktur ilmiah Manhattan Project. Oppenheimer menggandeng ilmuwan terkemuka seperti Enrico Fermi, Richard Feynman, Kenneth Bainbridge, Seth Neddermeyer, Hans Bethe, dan Edward Teller. Langkah mereka dalam mengembangkan senjata nuklir terealisasi pada 16 Juli 1945 dengan melakukan pengujian bom atom pertama yang disebut sebagai Trinity. Atas keberhasilan percobaan mereka, kedua bom atom yang dinamakan Little Boy dan Fatman diluncurkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Peluncuran bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tentu tak lepas dari peran Oppenheimer dan ilmuwan lainnya yang tergabung dalam Manhattan Project. Oppenheimer yang menyetujui peluncuran bom atom di Jepang kemudian menyesali keputusannya beberapa tahun setelah kejadian di Hiroshima dan Nagasaki.

Film ini tidak berhenti pada peluncuran bom atom yang menandai berakhirnya Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, kondisi politik dunia memanas akan dua spektrum besar dunia pada masa itu, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kondisi politik dunia pasca Perang Dunia II membuat Oppenheimer terseret dalam arus politik dan kebijakan nasional Amerika Serikat. Oppenheimer berpendapat perlu ada pengendalian senjata nuklir secara global dan menolak pengembangan bom hidrogen yang bisa berdampak kepada perang nuklir. Pandangan ini membuatnya dijebak oleh Lewis Strauss yang memiliki pandangan berbeda mengenai kebijakan bom nuklir dan memiliki dendam kepada Oppenheimer atas pengaruhnya yang menghambat pengiriman isotop yang dicanangkan oleh Strauss ke Norwegia. Oppenheimer juga dituduh memiliki hubungan dengan anggota partai komunis dan orang-orang yang dianggap memiliki afiliasi dengan kelompok komunis. Tuduhan ini diperburuk dengan informasi mengenai seorang fisikawan dalam Manhattan Project, yaitu Klaus Fuchs yang terbukti menjadi mata-mata Uni Soviet. Imbas dari kondisi politik pada masa itu membuat Oppenheimer menjalani pemeriksaan keamanan yang menguji kesetiaan Oppenheimer kepada negaranya dengan menghadirkan kesaksian rekannya di masa lalu. Sidang ini memeriksa Oppenheimer karena pandangannya dalam kebijakan nuklir dan tuduhan masa lalunya yang berhubungan dengan kelompok komunis Amerika. Hasil dari sidang tersebut menyatakan Oppenheimer sebagai warga negara sejati dan tuduhan Oppenheimer yang berpihak kepada kelompok komunis tidak terbukti, tetapi Oppenheimer mendapat pencabutan izin keamanan yang berimbas kepada berakhirnya kredibilitas dan pengaruhnya dalam kebijakan nuklir Amerika Serikat. Sesi akhir film ini menceritakan momen yang mengejutkan. David Hill -salah satu fisikawan dalam Manhattan Project- membocorkan keterlibatan Lewis Strauss selama sidang pemeriksaan keamanan yang menyimpan dendam bertahun-tahun kepada Oppenheimer.

Sebuah Refleksi

“Prometheus stole fire from the God and gave it to man. For this he was chained to a rock and tortured for eternity.”

Dalam buku “American Prometheus” karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin yang menjadi inspirasi pembuatan film ini, J. Robert Oppenheimer digambarkan sebagai Prometheus yang merupakan tokoh mitologi Yunani. Mitologi Prometheus diinterpretasikan sebagai pemberi pengetahuan dan penemu api, yang memberikan manfaat besar kepada manusia, tetapi dihukum oleh para dewa. Dalam konteks buku dan film ini, Oppenheimer dianggap sebagai “American Prometheus” yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menghadirkan bom atom selama berlangsungnya Manhattan Project sekaligus membawa keberhasilan bagi Amerika Serikat. Seperti Prometheus, Oppenheimer juga membawa konsekuensi tragis mengenai dampak dari penggunaan bom atom dalam peristiwa di Hiroshima dan Nagasaki yang merenggut sekitar 210.000 nyawa manusia.

Secara garis besar, film ini menceritakan keberhasilan Oppenheimer sekaligus dilema moral yang dia hadapi semasa hidupnya. Aspek fisika, sejarah, dan politik dijelaskan secara jelas dengan saling berkesinambungan. Oppenheimer digambarkan sebagai seseorang yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap ilmu pengetahuan dengan menempuh pendidikan hingga menjadi seorang ilmuwan yang memimpin proyek bom atom. Sebagai seorang ilmuwan, dirinya ikut terlibat dalam dunia politik Amerika, mulai dari keterlibatan dengan kelompok komunis, proyek bom atom yang berafiliasi dengan pihak militer, hingga pandangannya yang berpengaruh terhadap kebijakan bom nuklir yang membuatnya kehilangan keamanan atas keberlangsungan karir sebagai ilmuwan. Kondisi ini seakan menggambarkan peran seorang ilmuwan yang berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tak bisa lepas dari kepentingan kolektif pihak di belakang mereka, seperti kepentingan organisasi dan kepentingan negara. Hal ini menjelaskan akan nilai dari sains yang tak lepas dari kepentingan pihak di belakangnya, seperti proyek bom atom yang dipimpin oleh Oppenheimer untuk kepentingan militer Amerika Serikat yang sedang berperang dengan Jepang.

“Albert, When I came to you with those calculations, we thought we might start a chain reaction that would destroy the entire world. I believe we did.”

Sains yang digunakan untuk kepentingan militer sejak ditemukannya bom nuklir tidak hanya berpotensi untuk memperkuat keamanan nasional, tetapi juga memicu ketegangan politik secara global. Sains pada masa kini berkembang semakin pesat. Teknologi nuklir, rekayasa genetika, dan Artificial Intelligence, merupakan beberapa hasil perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini. Hal ini membuat ilmuwan dihadapkan pada konsekuensi atas perkembangan ilmu pengetahuan yang memengaruhi kehidupan manusia. Meskipun tidak bertanggung jawab secara langsung, penyalahgunaan fungsi teknologi oleh masyarakat membuat ilmuwan mengalami dilema seperti yang Oppenheimer rasakan. Pada titik ini, keputusan ilmuwan memiliki konsekuensi besar, yakni keberhasilan atas perkembangan ilmu pengetahuan dan penyalahgunaan sains yang berpotensi menghancurkan peradaban manusia.

Referensi

  1. Insights Magazine. (2023). Navigating Moral and Ethical Crossroads: Oppenheimer. https://www.insights.uca.org.au/navigating-moral-and-ethical-crossroads-christopher-nolans-oppenheimer/
  2. Dumaraog, Ana. (2023). How Rami Malek’s Hill Knew About Strauss’ Betrayal & What Oppenheimer Leaves Out. https://screenrant.com/how-rami-maleks-hill-knew-about-strauss-betrayal-what-oppenheimer-leaves-out/
  3. Poskanzer, Deborah. (2023). The Slippery Slope of Scientific Ethics. Issues in Science and Technology. https://issues.org/scientific-ethics-oppenheimer-missed-opportunities-poskanzer/
  4. Vucetich, John A., Nelson, Michael P. (2016). The Moral Obligations of Scientists. Humans and Nature Press. https://humansandnature.org/the-moral-obligations-of-scientists/
  5. Ferguson, Charles D. (2023). What ‘Oppenheimer’ can teach today’s scientists. Bulletin of the Atomic Scientists. https://thebulletin.org/2023/08/what-oppenheimer-can-teach-todays-scientists/

--

--

Minute of Mind UPII UGM

Artikel Karya Unit Penalaran Ilmiah (UPI) “Interdisipliner” Universitas Gadjah Mada. Rebranding "Waktu Cipta UPII UGM"